Selasa, 24 Februari 2009

Marketing Selebritis

Dunia hiburan juga tidak bisa lepas dengan dunia marketing. Sebenarnya bukan dunia hiburan saja. Apapun profesi yang kita geluti, baik kita yang bergerak di bidang barang ataupun jasa, hidup dan mati kita atau kita besok bisa makan apa enggak ditentukan hari ini kita bisa jualan apa tidak. Bahkan mereka yang bergerak di bidang rohani seperti ustad atau pendeta juga memakai merketing pula untuk merekrut jamaah.

Bicara marketing kita tidak akan lepas dengan apa yang namanya "branding" atau merek. Di dunia seni merek amat penting. Seorang seniman harus mampu menyajikan karya seni yang orisinal. Sebagus apapun cara berkesenian kamu, apabila kamu meniru gaya seniman lain, kamu sama sekali tidak akan dianggap hebat. Orisinalitas amat penting, karena itu yang akan menjadi pembeda antara artis satu dengan yang lain. Di dunia lawak ada Pak Bolot yang punya branding tuli alias budhek. Ketika lawan main tanya A dia akan menjawab B. Ketika dia diberitahu akan sesuatu justru pada saat yang sama Pak Bolot ganti memberitahu perihal yang sama. Atau dia terus menari ketika suara musik sudah usai. Dan penonton akan tertawa dan terhibur, tetapi jadi tidak lucu bila hal itu dilakukan oleh pelawak lain.

Walaupun dunia kesenian jauh dari praktek kolusi dan nepotisme. Setidaknya anak-anak artis senior akan lebih mudah masuk dunia hiburan daripada mereka yang bukan dari keluarga artis. Akan tetapi eksis tidaknya mereka masyarakat penikmat hiburan juga yang akan menentukan. Gita Gutawa bisa sesukses papanya di dunia musik, karena memang memiliki talenta suara yang memukau. Sementara Tatang anaknya Gepeng (almarhum) tidak bisa sesukses bapaknya. Bagi mereka pendatang baru yang bukan dari keluarga artis tampaknya perlu kerja lebih keras. Berbeda dengan keluarga artis yang dengan cepat akan diberitakan di infotaimen ketika mereka melakukan sesuatu, sehingga cepat terespos ke masyarakat.

Sebagai artis baru perlu sekali strategi marketing yang baik dalam menembus persaingan di panggung hiburan. Pertama-tama adalah dengan menggali orisinalitas diri yang memiliki nilai jual dan menjadi pembeda kita dengan artis lain. Itu saja belum cukup. Kita juga harus melihat tren yang terjadi di dunia hiburan saat ini. Sebagai pendatang kita harus mampu membaca tren saat ini. Jangan coba-coba melawan tren atau ingin menjadi trensetter. Trensetter hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah eksis di dunia hiburan dan sudah menjadi public figur di masyarakat. Terkecuali apabila orisinalitas yang akan kita tampilkan memang benar-benar baru dan belum ada sebelumnya. Kalau yang seperti itu bolehlah dicoba. Seperti halnya kemunculan Pesulap Deddy Corbuzier. Saat itu dunia sulap menyulap memang sedang fakum. Selain didukung oleh kemampuan teknis yang sangat baik, Deddy juga piawai mengolah menjadi sajian pertunjukkan yang menawan. Kemunculan Deddy sebagai pesulap ternyata mampu menjadi trensetter bagi kemunculan pesulap-pesulap lain yang tentunya bakal kesulitas untuk bersaing melawan Deddy yang muncul lebih dulu.

Ada juga artis yang jatuh karena gosip, tetapi ada juga yang semakin besar karena gosip. Contohnya adalah kemunculan Inul Daratista yang fenomenal. Sejak pertama kali melihat VCD show off air nya di berbagai daerah di Jawa Timur, saya berkeyakinan suatu saat penyanyi ini bakal sukses di Jakarta. Cara jogetnya orisinal banget. Jogetnya yang kontroversial membuatnya diberitakan tiap hari di televisi nasional. Kalau satu stasiun TV memberitakan 3 kali sehari dikalikan 7 stasiun TV, maka sehari saja seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke akan mengenal dia. Semakin dia dicaci dan ditentang itu justru akan memunculkan reaksi pro dan kontra yang justru menguntungkan dia dari sisi marketing selebritis.

Dan di dunia hiburan sepertinya apapun bisa dijual kalau kita kreatif, bahkan kebodohanpun bisa jadi lelucon yang membuat Tukul Arwana jadi Milyarder baru. Seorang pelawak yang dulunya hanya dibayar Rp. 75.000,- sebagai bintang video klip Joshua waktu nyanyi lagu "Diobok-obok" tahun 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar